selingkuh, selinganku?
selingkuh?
Anyway, siapakah 'selingkuh' ini? Kenyataannya, si selingkuh ini ada dan berkelakuan layaknya sosok hidup; di satu sisi, 'kata' ini menjadi sosok yang menakutkan, terutama bagi orang-orang yang sudah bersepakat satu sama lain dalam komitmen--entah hubungan, entah profesional. Tapi, di sisi yang lainnya, meski tak jarang dibilang nekat, 'kata' ini menjadi alternatif yang menakutkan, tapi juga menyenangkan; ibarat kata permainan 'petak umpet'. Tapi, apa iya seperti itu?
Sekarang, pertanyaannya, bilamana selingkuh atau perselingkuhan itu hadir? Lantaran ketidakpuasan? Keterpaksaan? Atau, ketidaksengajaan? Saat ini, saya menyetujui ketiganya. Bahkan, hal-hal yang tidak terduga sekalipun, hal-hal yang kecil, bisa menjadi pemicu munculnya 'kegiatan sampingan; ini. Kalau boleh mengambil contoh, misalnya, chatting malam-malam sama temen apalagi mantan pacar. (Ups! Mudah-mudahan nggak ada yang tersinggung, hehehe). Eh, kalau mau yang 'sederhana' lagi misalnya, papasan sama seseorang, dapet satu clue tentang orang itu, trus 'selancar' di friendster atau yang lagi keren sekarang, facebook buat cari info lebih dalam, trus jadi, deh. (hehehe, kalo yang ini sih memang bener-bener niat, yah).
Ohya, selain itu, percaya atau nggak, selingkuh menjadi cerita yang indah yang cuma jadi mimpi basah di siang bolong buat para single-wan atau single-wati. sedangkan bagi sebagian orang yang sudah berpasangan, 'selingkuh' adalah ketakutan. (hehehe, ironis, yah) Kenapa bisa begitu? karena sayangnya stigma selingkuh hanya kejadian khusus pada orang-orang yang sudah berpasangan--seperti yang udah gue bilang di awal. konsekuensi orang berpasangan adalah komitmen, janji untuk bersetia satu sama lain. setia dalam apa? apapun, dari urusan makan nasi sepiring berdua sampe tidur seranjang berdua. nah, selingkuh bisa dikatakan sebagai 'penghianatan' dari komitmen dan orang lain. sedangkan, orang single, belum punya sesuatu untuk dikhianati itu.
kalau bicara mengenai pendefinisian secara harafiah, 'selingkuh' bisa dibilang 'melakukan urusan di luar hal yang utama', atau sederhanya, kita sebut saja 'selingan'. Dari bentukan katanya aja sebenarnya udah keliatan, 'selingkuh', bisa jadi dari kata dasar 'seling' yang mendapat akhiran -an, dipadankan dengan suku kata 'kuh', yang mungkin diambil dari kata 'merengkuh'. Lalu jadilah se.ling.kuh. yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata affair. Uniknya, kata affair kalau diartikan dalam bahasa Indonesia, bisa berarti 'urusan'. Nah, 'selingkuh sendiri nyatanya memang melakukan suatu 'urusan', kan?
apakah selingkuh terbatas pada seks?
(tulisan ini belum selesai, lain waktu akan gue terusin lagi, yah).
salam.
Anyway, siapakah 'selingkuh' ini? Kenyataannya, si selingkuh ini ada dan berkelakuan layaknya sosok hidup; di satu sisi, 'kata' ini menjadi sosok yang menakutkan, terutama bagi orang-orang yang sudah bersepakat satu sama lain dalam komitmen--entah hubungan, entah profesional. Tapi, di sisi yang lainnya, meski tak jarang dibilang nekat, 'kata' ini menjadi alternatif yang menakutkan, tapi juga menyenangkan; ibarat kata permainan 'petak umpet'. Tapi, apa iya seperti itu?
Sekarang, pertanyaannya, bilamana selingkuh atau perselingkuhan itu hadir? Lantaran ketidakpuasan? Keterpaksaan? Atau, ketidaksengajaan? Saat ini, saya menyetujui ketiganya. Bahkan, hal-hal yang tidak terduga sekalipun, hal-hal yang kecil, bisa menjadi pemicu munculnya 'kegiatan sampingan; ini. Kalau boleh mengambil contoh, misalnya, chatting malam-malam sama temen apalagi mantan pacar. (Ups! Mudah-mudahan nggak ada yang tersinggung, hehehe). Eh, kalau mau yang 'sederhana' lagi misalnya, papasan sama seseorang, dapet satu clue tentang orang itu, trus 'selancar' di friendster atau yang lagi keren sekarang, facebook buat cari info lebih dalam, trus jadi, deh. (hehehe, kalo yang ini sih memang bener-bener niat, yah).
Ohya, selain itu, percaya atau nggak, selingkuh menjadi cerita yang indah yang cuma jadi mimpi basah di siang bolong buat para single-wan atau single-wati. sedangkan bagi sebagian orang yang sudah berpasangan, 'selingkuh' adalah ketakutan. (hehehe, ironis, yah) Kenapa bisa begitu? karena sayangnya stigma selingkuh hanya kejadian khusus pada orang-orang yang sudah berpasangan--seperti yang udah gue bilang di awal. konsekuensi orang berpasangan adalah komitmen, janji untuk bersetia satu sama lain. setia dalam apa? apapun, dari urusan makan nasi sepiring berdua sampe tidur seranjang berdua. nah, selingkuh bisa dikatakan sebagai 'penghianatan' dari komitmen dan orang lain. sedangkan, orang single, belum punya sesuatu untuk dikhianati itu.
kalau bicara mengenai pendefinisian secara harafiah, 'selingkuh' bisa dibilang 'melakukan urusan di luar hal yang utama', atau sederhanya, kita sebut saja 'selingan'. Dari bentukan katanya aja sebenarnya udah keliatan, 'selingkuh', bisa jadi dari kata dasar 'seling' yang mendapat akhiran -an, dipadankan dengan suku kata 'kuh', yang mungkin diambil dari kata 'merengkuh'. Lalu jadilah se.ling.kuh. yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata affair. Uniknya, kata affair kalau diartikan dalam bahasa Indonesia, bisa berarti 'urusan'. Nah, 'selingkuh sendiri nyatanya memang melakukan suatu 'urusan', kan?
apakah selingkuh terbatas pada seks?
(tulisan ini belum selesai, lain waktu akan gue terusin lagi, yah).
salam.
Comments