Goodbye, Pengecut!

Ali Gufron, Imam Samudera, dan Amrozi

Tiw, eksekusi hukuman mati untuk Amrozi, Imam Samudera, dan Ali Gufron sudah dilaksanakan. Tepatnya 09 November 2009, kira-kira pukul 01 lewat 10 dini hari, di Lapas Nusakambangan. Untuk sebagian orang, ini melegakan. Masyarakat Australia yang dendam atas perbuatan pelaku Bom Bali 1 itu akhirnya puas bahwa kematian 80an orang warga negaranya dalam kejadian itu akhirnya terbayar. Wikipedia.com mencatat bahwa korban akibat ledakan ini ada sekitar 202 orang tewas dan 209 korban cidera, kebanyakan merupakan wisatawan asing. Kematian dibalas kematian. Untuk pemerintah Indonesia, salute meski agak terlambat, akhirnya hukum bisa ditegakkan.


Awalnya, saya sejujurnya pesimistik bahwa pemerintah Indonesia akan berani menjalankan hukuman mati buat trio yang kelakuannya bikin heboh 6 tahun lalu ini. Betapa tidak, karena sudah kelewat lama menangguhkan. Pelakunya sudah kelewat 'pede' bahwa hukuman tidak akan dijalankan. Pendukungnya sudah makin banyak. Isu yang diangkat juga kelewat sensitif, agama paling dominan di negara ini. Belum lagi dengan ancaman bom yang lebih berani bila trio ini sampai dieksekusi.


Menarik soal trio ini. Saya bilang sih lucu, kala melakukan pemboman itu, mereka bilang berani mati demi agama. Tapi, setelah ditangkap, mereka seolah-olah enggan mati. Kenapa? Nggak ada bedanya dengan orang yang sedang menikmati kepopuleran, menjadi sosok yang diidolakan; orang-orang yang berpikiran picik tengah kagum-kagumnya sama tiga orang berpikiran picik pula.


Tiga orang itu nggak ada ubahnya pengecut, bagi saya. Betapa tidak, kalo memang salah harusnya berani bertanggung jawab atas perbuatanya. Itu yang namanya syahid, buat saya. Jangan lantas mencari-cari alasan untuk menghindari hukuman, sampai bawa-bawa alasan ”membela Islam”. Lho, memangnya kenapa Islam? Islam dianiyaya, ya, sampe harus dibela? Bukankah justru orang Islamnya sendiri yang menganiyaya agamanya, salah satunya, ya, ini, berbuat kejahatan atas nama Islam!


Masih ingatkan prosesnya yang menjadi bertele-tele? Mereka minta banding berkali-kali untuk meringankan hukuman atas nama HAK ASASI MANUSIA (heran, ke mana perasaan asasinya pas dia ngebom orang2 yang nggak punya salah sama dia itu yah??). Permintaannya aneh2, nggak mau mati dengan ditembak, tapi dipancung. Heran, kenapa tidak dikabulkan saja permintaan itu, ya. Padahal sebagai orang terpidana mati punya permintaan terakhir—selain dibebaskan—dan harus dikabulkan).


Soal pendukungnya, lebih menggelikan buat saya. Salah satu ormas Islam yang terkenal tega berbuat keonaran, merusak, dan menghakimi orang lain atas nama agama, menolak eksekusi ini. Saya kutip dari Okezone.Com:


Hal ini dituliskan Ketua Umum FPI Rizieq Shihab dalam pesan singkat yang dikirimkan kepada okezone di Jakarta, Jumat (31/10/2008). "Ada kejanggalan dalam peristiwa bom Bali 2002. Karena ada ledakan lebih besar dari bom yang dimiliki Amrozi," tulisnya. Berdasarkan investigasi MUI untuk tragedi bom Bali 2002 yang dipimpin almarhum ZA Maulani, diketahui ada sisa ledakan yang berasal dari C4 di mana jenis ini banyak diproduksi di Amerika Serikat. "Dan bahan tersebut sangat sulit ditemukan di Indonesia, sehingga menyebabkan banyaknya korban. Rahasia inilah yang mesti dipecahkan dahulu sebelum eksekusi Amrozi cs dilakukan," tegasnya.


Aneh, kedengarannya. Pertama, pernyataan Ketua Umum FPI Rizieq Shihab sudah dengan sendirinya mengakui bahwa bom dan pemboman itu dilakukan oleh Amrozi Cs. Kedua, Ketua Umum FPI Rizieq Shihab tahu betul kejadian itu. Hmm, apa tidak membuktikan bahwa Ketua Umum FPI Rizieq Shihab terlibat dalam pemboman ini??!


Hmm, sudahlah, saya tidak mau membicarakan soal yang ini. Saya mau bicara soal keheranan saya terhadap dukungan terhadap orang-orang yang perbuatannya jelas mencelakai orang lain dan harus dihukum setimpal. Kenapa harus didukung yah, diidolakan, bahkan dibela-bela? Apa mereka tidak kasian ngeliat orang-orang yang nggak punya salah sama kelompok dan agama mereka itu mati dibom Amrozi Cs itu? Lantas apa mereka tidak berpikir bahwa kelakuan 3 pengecut itu justru menurunkan citra agama mereka? Lebih aneh lagi, karena beragama yang sama dengan pelaku, itu jadi alasan mendukung, solidaritas?? Tapi, ya itulah, kebebasan bersuara dan mendukung, walau akhirnya dicap tolol dan sesat! Kasihan....


Ya sudah, ’jagoan kesiangan’ itu sudah mati. Kita serahkan pada tuhan, apakah ’jasa’-nya membela agama dengan membunuh sesamanya, bisa membuat mereka masuk surga seperti kepercayaan mereka. Kalau ternyata memang mereka masuk surga, nanti giliran kita gugat tuhan (entah kapan?). yang sekarang perlu diwaspadai adalah kelakuan fansnya si 3 pengecut-pengecut itu. Syukur kalau mereka mau terima dan memikirkan lagi soal ajaran dan agama mereka yang sudah kepalang dicap ’agama teroris’. Lha, kalau mereka malah dendam dan bikin huru-hara lagi? Tak baik kalau hanya mengandalkan pemerintaha atau petugas keamanan. Kitanya yang harus bangkit, berani bersikap, biarpun satu agama, kalo memang perbuatan itu menyakiti sesama dan mengakibatkan jeleknya tuhan dan agama, jelas harus orang itu harus dilawan, dihukum, bukannya didukung. Kita buktikan, AGAMA KITA AGAMA DAMAI. AGAMA KEBAIKAN, bukan lagi agama teror.

Comments