# Mencari kenyamanan, sebuah pelarian!
Komentar ini semua pernah gue sampein ke gayatri nadya,
Dia beruneg-uneg dengan banyak hal, tentang capek yang berkepanjangan, tentang semangat, tentang kenyamanan, tentang power of small thing, dan lain sebagainya..
nah, apakah gue pernah mengalami semua itu?
Pernah kali, yah. Mungkin sering. Justru bukan jadi sebal yang berkepanjangan, saking cape-nya sampe-sampe gue nggak malah nggak tau lagi gimana caranya buat istirahat--atau menghilang dan tidur. Yang ada, gue malah jadi robot yang kerja 24 jam, aktor yang akting 48 jam dan babu yang nyervis orang-orang 96 jam. Suka rela melakukan itu? Kayaknya nggak. Ini malah kayak pelarian, karena memang ini rutinitas.
Kok bisa? Kenapa nggak? Nyatanya setiap hari gue berhadapan dengan orang-orang dengan watak yang beraneka dan setiap saat bisa berubah-ubah, suka atau nggak suka, bahkan teman dekat sekalipun. Ironisnya lagi, gue udah nggak percaya lagi dengan kenyamanan yang disediakan. Gue pribadi percaya bahwa kenyamanan adalah sesuatu yang harus dibuat, diciptakan. Oleh siapa? Ya orang-orang yang menginginkan kenyamanan itu sendiri, tapi nggak boleh memaksa. Boleh aja sih memaksa kalo loe hidup sendiri, tapi kalo loe lagi di keramaian atau bersosialisasi, sebaiknya jangan. karena kenyamanan setiap orang berbeda. Kalo dipaksakan nanti malah dicap ansos, nggak care, mementingkan diri sendiri, atau bahkan egois.
Sayangnya, kita bukan tuhan yang bisa menciptakan kenyamanan untuk semua orang atau menjadi bagian dari kenyamanan semua orang. Hmm, akhirnya gue berpikir tentang menjadi 'aktor'. Jahat memang, menghilangkan diri loe sendiri dan memajemukkan diri loe sedemikian fleksibel untuk semua orang. Ya, berpura-pura. Memang butuh tenaga yang besar banget, layaknya aktor kawakan yang bisa berperan jadi macem-macem karakter. Satu lagi, untuk menjadi aktor kayak gitu perlu pandai-pandai untuk menyemangati diri. Dari mana inspirasi semangat itu? Dari manapun, bahkan dari hal-hal yang sepele dan nggak ada sekalipun! Itu namanya penghayatan peran dan tidak tergantung pada orang lain.
Tapi, sekali waktu, berhenti jadi pelayan. Bilang sama semua orang kalo loe benar-benar muak, bosan, dan marah, supaya orang lain nggak sembarangan sama loe. Tapi, sekali waktu jujur juga sama mereka dan ucapkan terima kasih bahwa mereka adalah 'bagian paling menyenangkan dalam hidup loe!'
Hehehe, maaf kalo sotoy, yah. Maklum, deh, baru belajar untuk hidup...
Dia beruneg-uneg dengan banyak hal, tentang capek yang berkepanjangan, tentang semangat, tentang kenyamanan, tentang power of small thing, dan lain sebagainya..
nah, apakah gue pernah mengalami semua itu?
Pernah kali, yah. Mungkin sering. Justru bukan jadi sebal yang berkepanjangan, saking cape-nya sampe-sampe gue nggak malah nggak tau lagi gimana caranya buat istirahat--atau menghilang dan tidur. Yang ada, gue malah jadi robot yang kerja 24 jam, aktor yang akting 48 jam dan babu yang nyervis orang-orang 96 jam. Suka rela melakukan itu? Kayaknya nggak. Ini malah kayak pelarian, karena memang ini rutinitas.
Kok bisa? Kenapa nggak? Nyatanya setiap hari gue berhadapan dengan orang-orang dengan watak yang beraneka dan setiap saat bisa berubah-ubah, suka atau nggak suka, bahkan teman dekat sekalipun. Ironisnya lagi, gue udah nggak percaya lagi dengan kenyamanan yang disediakan. Gue pribadi percaya bahwa kenyamanan adalah sesuatu yang harus dibuat, diciptakan. Oleh siapa? Ya orang-orang yang menginginkan kenyamanan itu sendiri, tapi nggak boleh memaksa. Boleh aja sih memaksa kalo loe hidup sendiri, tapi kalo loe lagi di keramaian atau bersosialisasi, sebaiknya jangan. karena kenyamanan setiap orang berbeda. Kalo dipaksakan nanti malah dicap ansos, nggak care, mementingkan diri sendiri, atau bahkan egois.
Sayangnya, kita bukan tuhan yang bisa menciptakan kenyamanan untuk semua orang atau menjadi bagian dari kenyamanan semua orang. Hmm, akhirnya gue berpikir tentang menjadi 'aktor'. Jahat memang, menghilangkan diri loe sendiri dan memajemukkan diri loe sedemikian fleksibel untuk semua orang. Ya, berpura-pura. Memang butuh tenaga yang besar banget, layaknya aktor kawakan yang bisa berperan jadi macem-macem karakter. Satu lagi, untuk menjadi aktor kayak gitu perlu pandai-pandai untuk menyemangati diri. Dari mana inspirasi semangat itu? Dari manapun, bahkan dari hal-hal yang sepele dan nggak ada sekalipun! Itu namanya penghayatan peran dan tidak tergantung pada orang lain.
Tapi, sekali waktu, berhenti jadi pelayan. Bilang sama semua orang kalo loe benar-benar muak, bosan, dan marah, supaya orang lain nggak sembarangan sama loe. Tapi, sekali waktu jujur juga sama mereka dan ucapkan terima kasih bahwa mereka adalah 'bagian paling menyenangkan dalam hidup loe!'
Hehehe, maaf kalo sotoy, yah. Maklum, deh, baru belajar untuk hidup...
Comments