Semangat Gadjah Mada di Anak-anak TK!!

Bagaimana kalau malam ini kita tidak bicara apa-apa? sebab belakangan ini kata sudah diumbar habis-habisan hanya untuk sesuatu yang sebenarnya tidak perlu: mengenal kembali hidup!
/
Tapi, ada sesuatu yang lucu menurut gue, kejadiannya beberapa hari yang lalu saat dalam perjalanan ke kantor. Dari angkot 102 yang gue tumpangi, terlihat serombongan anak kecil (mungkin usia Taman Kanak-kanak) melintas di sisi jalan raya. Kali ini nggak biasa: mereka berpakaian pakaian khas beberapa daerah nusantara, jawa, sumatera, kalimantan, dan lain-lain. meski demikian gue lihat masih ada yang kurang: nggak ada yang pakai pakaian khas asmat (Irian jaya), Arab dan cina/Tionghoa. Kenapa yah? padahal mereka masih bagian dari bangsa ini kan? dan rasanya mereka udah jadi bagian sejarah berdirinya bangsa ini. Apa mereka malu? karena pakaian khas asmat cuma rajutan jerami yang menutupi kelamin dengan tambahan aksesoris koteka, bulu2 unggas, cula babi hasil buruan, coretan pewarna alam di sekujur badan, dan perkakas perang macam tombak dan panah? Malu karena Cina/Tionghoa, lantaran ayah-ibu mereka sudah menanamkan doktrin: cina adalah musuh. dan yang Arab, lantaran ras itu udha telanjur dicap lintah darat, pedagang karpet, dan mata keranjang? hee.. he..
/
Tapi, bukan itu yang buat gue 'terharu'. Apa yang gue lihat? mereka berpasang-pasangan dan bergandengan tangan satu sama lain membentuk rangkaian tak putus. Ya, mereka terlihat ceria, damai, lugu, tanpa curiga dan tanpa permusuhan berdampingan satu sama lain.
/
Ada satu hal yang terlintas di pikiran gue melihat fenomena itu: ini mungkin yang ingin dicapai Gadjah Mada dengan ekspedisis nusantara dan sumpah palapanya. Gue yakin, kalo Gadjah Mada lihat kejadian ini, dia bakal bangga banget dan sumpahnya untuk tidak makan buah palapa pasti digugurkannya, dan dia akan nikmati buah itu sepuas-puasnnya lagi, sampe mabok, lantaran ratusan sudah ratusan tahun mantang dan nahan-nahan. Meski sampe sekarang gue gak paham apa rasa buah ini dan gimana bentuknya (jangan-jangan ini cuma akal-akalannya Gadjah Mada aja, bahwa buah ini cuma apel mandarin: disinyalir buah2an ini udah masuk nusantara melalui pedagang cina dari Mancuria saat kejayaan Majapahit waktu itu, he.. he...).
/
Maaf, ngelantur... kembali lagi ke soal terharunya gue dan kerja keras Gadjah Mada dulu. terus terang, gue bangga lihat itu. Tapi sedih, sebab berpikir kalo semangat cita-cita dan kerja keras GM itu cuma ada di anak-anak TK yang berpawai busana nusantara sekali dalam setahun: 17 Agustus-an atau kalo nggak ya 21 April Kartini-an. gimana dengan nanti kalo mereka sudah dewasa, sama aja kayak orang tuanya saat ini dan melupakan serunya jalan-jalan ini? kenapa, yah?
/
Lihat aja fenomena beberapa tahun belakangan, atau bahkan sekarang ini: di bagian lain wilayah nusantara. Diskriminasi rasial, kasta dan pembedaan-bedaan stereotip wilayah geografis berdasarkan warna kulit dan wajah masih berlangsung di sesama orang indonesia sendiri. bentuknya macam-macam dari mulai yang tersamar sampe yang ekstrim, perang, pemusnahan suku, klasifikasi identitas negatif suku.
/
marah? nggak! cuma mau ngoceh aja. "Mari kita tanya pada rumput yang bergoyang". (Ebiet G, Ade)

Comments